Sosok wanita berjubah putih : Ya anak-anak, sekarang kumpulkan tugas puisinya.
Tria : Diga ! Gimana nih ?
Reno : Udah belum dig ?
Diga : Kalem dikit lagi..... Udah !
Tria : Cepet gitu edan maneh bikin tentang apa ?
Diga : Tentang kehidupan, judulnya Mereka dan Sesuatu Tentang Waktu
Reno : Dari judulnya aja bisa dibayangin kalo rame nih kayanya haha.
Tria : Kita temen kan ? *blushing*
Diga : Ngga !! @%&^%$#%^%$#
Tria : Ih atuh dikit ajaa, saeutik !
Diga : Ga ! *^$%*&#^$@*)
Reno : Hayu kumpulin ah.
Sosok wanita berjubah putih : Diga ! Reno ! Tria ! Cepat kumpulkan !
Diga : Iya setan (diucapkan didalam hati, volume suara seperlunya, dendam pribadi bisa diungkapkan disini, kalo perlu bisa memakai berbagai efek visual yang keren)
Reno : Iya bu (bu = bisa dibaca sebagai ungkapan rasa tidak enak hati kepada si sosok wanita berjubah putih, karena banyaknya peraturan dan tweet yang menyatakan bahwa hantu itu bersahabat di twitter).
Setelah kejadian itu terlewati, diga dan reno gatau gimana kabarnya si tria. Denger-denger sih katanya kertasnya si tria dimakan habis oleh si wanita berjubah putih. Tapi nggalah, ngga akan sesadis itu. Lebih sadis yang makan helm di lampu merah.
Saat pelajaran, diga gabisa fokus. Dia hanya bisa terus mengganti pandangannya kepada papan tulis, sosok wanita berjubah putih, dan hapenya. Kalo ga diperhatiin ntar marah tuh gurunya. Ketika ada kesempatan luang, diga dengan semangatnya terus membalas chat dari tania. Dan begitu juga tania yang tanpa sadar terhipnotis oleh balasan-balasan dari diga yang membuat dia ingin tetap bercanda ria dengan diga. Sebenernya sih emang tania pengen bales aja, pengen ngobrol. Ga pake acara hipnotis kaya uya kuya.
Jam berlalu semakin cepat tanpa diputar oleh tangan-tangan jahil. Namun memang sudah kadarnya hari itu berlalu dengan cepat. Dan saat malam tiba, diga dan tania tetap saling berkomunikasi layaknya dua orang yang sedang diceritakan baru mengenal satu sama lain.
Malam hari tiba. Hati gembira. Namun tidak bagi beberapa orang yang selalu mengalami depresi sinyal. Salah satunya diga. Sungguh malang.
Diga dan tania masih saja saling berkomunikasi satu sama lain. Hingga kini, tania sudah mulai lebih terbuka kepada diga, dan diga juga yang sudah mulai berbagi tentang lirik lagu itu kepada tania.
Hari demi hari. Minggu demi minggu. Hingga pada suatu minggu, rentetan kejadian yang tidak diga inginkan, terjadi. Begini ceritanya.
Diga saat itu sudah merasa sangat yakin dan pasti bahwa ia ingin sekali memiliki tania. Memiliki yang lebih dari sekedar teman.
Diga : Tania . . .
Tania : Diga . . .
Diga : Oh Tania . . .
Tania : Oh Diga . . .
Diga : Apa ?
Tania : Apa ?
Diga : Yeeeh hahaha. Eh tania,
Tania : Yap ?
Diga : Mau ga kamu berbagi bersama cerita ini dan melanjutkannya bersama-sama dengan
aku ?
Tania : Hah ? Maksudnya ? Gangerti.
Diga : Baca lagi deh.
Tania : Gangerti digaaa.
Diga : Baca lagi.
Tania : Maaaaaaaaaf. Aku gabisa diga. (diiringi lagu-lagu ost realita cinta dan rock and roll).
Diga : Kenapa ?
Tania : Maaaaf. Kamu tau kan kalo aku baru abis putus sama ya kamu tau lah
Diga : Iya, terus ?
Tania : Aku masih pengen sendiri dulu hehe. Maaaaaaf diga.
Diga : Oh yaudah kalem weh hahaha
Tania : Kita temen ya ?
Diga : Iya ! Haha.
Tania : Eh kamu udah makan belum ? Makan sana
Diga : Udah ko tadi hehe
Tania : Tidur atuh ini udah malem banget
Diga : Belum ngantuk ko
Chat itu terus berlangsung hingga salah satu dari mereka tertidur. Sepertinya itu sebuah pukulan telak untuk diga. Tapi diga tetap berpikir positif dan tetap move on. Dia tidur. Lebih tepatnya mencoba untuk tidur. Tapi ngga bisa. Dan akhirnya ia tidak tidur hingga matahari datang dan menggantikan bulan. Diga tidak melakukan apa-apa sejak tadi subuh. Ia hanya terdiam dikamarnya, dibalik selimut. Soalnya kalo ketauan ga tidur ya pasti dimarahin sama orang tuanya. Sampai saatnya tiba, dia dikagetkan oleh sebah dentuman musik dan kelip lampu dari hapenya. Ternyata itu tania.
Tania : Selamat pagi !
Diga : Pagi !
Tania : Enak ga tidurnya ? hehe
Diga : Enak ko ini juga baru aja bangun haha.
Tania : Ke sekolah jam berapa ?
Diga : Gatau di pas in aja sama bel hehe
Tania : Awas telat loh !
Diga : Enggalah ga akan haha.
Tania : Yeh atuh
Sejak saat itu diga mulai kembali seperti awal. Dia mencoba untuk menyemangati dirinya sendiri dan tidak menjadikan itu sebagai akhir dari dunia seperti yang dikatakan di lagu-lagu galau indonesia.
Kayanya kalo nulis hari demi hari lagi bosen ya. Jadi :
Moment demi moment yang dilalui, banyak cerita yang ditulis oleh diga di laptop kesayangannya. Dan diga dapat merealisasikan apa yang dia rasakan dibantu oleh microsoft word, speedy dan berbagai alat lainnya. Sejak itu ia justru lebih termotivasi untuk menatap masa depan yang entah bagaimana akhirnya. Ia lebih memilih untuk membuat karya-karya unik dan berbeda. Namun karena keterbatasan manusia itu ada batasnya, ya diga belum bisa mencapai apa yang ia inginkan. Dia terus berpikir, dia ingin kebut-kebutan. "Tapi buat apa ? kalo kecelakaan gue sendiri yang rugi. Gue emang pengen jadi pembalap. Tapi setelah cita-cita itu ngga bisa tersalurkan dan terealisasikan serta direstui, ya apa boleh buat. Gue harus cari yang lain. Musik ? Gue suka musik. Dan kayanya gue pengen nekun-in bidang ini dan membuat grup musik sendiri bersama dengan teman-teman gue" sambung diga membaca pikiran penulis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar